Bung Karno Sepak Bola 10 Besar Dunia

Alwi Shahab
Wartawan Republika
Perhatian dunia kini tertuju ke Afrika Selatan, mengikuti pertandingan kejuaraan sepak bola piala dunia. Berbagai kota di Tanah Air membuat acara spesial, nonton bareng. Banyak yang bertanya, "Kapan Indonesia bisa Ikut piala dunia?"
Mungkin, banyak yang belum tahu bahwa Indonesia pernah mengikuti kejuaraan ini pada 1938 di Prancis. Namun, belum menggunakan nama Indonesia, tetapi Hindia Belanda karena masih dalam penjajahan. Dalam tiap pertandingan, tidak diperdengarkan lagu "Indonesia Raya", tapi "Wil-helmus" (lagu kebangsaan Belanda). Para pemainnya kebanyakan orang Belanda, seperti Denkelaar, Van der Poel, Van Leuwant, dan bekas kiper Belanda, Backhuys. Hanya ada beberapa pemain pribumi, seperti Mad Dongker dan Tan Hwa Kiat (ayah pemain nasional Tan Liong Houw).
Orang-orang Belanda di Indonesiapada 1918 membentuk Nederlandsch Indies Voetbal Bond (NIVB). NIVB membawahi bond-bond yang para pemainnya didominasi warga Belanda. Anggota-anggotanya dilarang bermain dengan perkumpulan inlander. Maka, pada 1928, berdiri Voetbal Bondonesia Indonesih Jakarta (VIJ) yang pada 1950 menjadi Persija.VIJ memiliki lapangan di Petojo, belakangan bioskop Roxy. Pahlawan nasional, M Husni Thamrin, berperan dalam menyokong pembangunan lapangan ini pada 1930. Dalam kitab Peringatan untuk Hindia Belanda (1923) yang ditulis JMW Demont, disebutkan bahwa di Hindia (Indonesia) sudah ada semacam permainan voetbal yang dibuat dari rotan, buah jeruk, atau buah kelapa yang dikeringkan. Berarti, sepak bola sudah populer sejak awal abad ke-20.
Setelah kemerdekaan, orang-orang Belanda masih banyak mendirikanperkumpulan sepak bola. Tapi, tidak lagi bersikap diskriminatif. Pada awal 1950-an, kesebelasan Indonesia ditakuti di Asia. Korea dan RRC belum muncul. Apalagi, Jepang yang kala itu tidak menyukai sepak bola.Lalu, bagaimana dengan negara-negara Afrika yang kini mempunyai reputasi di dunia internasional? Negara dari Benua Hitam ini umumnya belum merdeka. Pada Agustus 1962, di Jakarta, diselenggarakan Asian Games (AG) dan Indonesia menjadi juarakedua dalam perolehan medali.
Setahun kemudian, akibat Presiden Soekarno menolak Israel dan Taiwan turut serta AG IV, Indonesia dijatuhi sanksi oleh Komite Olahraga Internasional (IOC). Soekarno kemudian menyelenggarakan pesta yang lebih besar, Ganefo (Games of the New Emerging Forces). Ganefo diikuti oleh 43 negara.Pada tahun itu juga, Bung Karno mengeluarkan SK (Surat Keputusan) Presiden No 263 Tahun 1963 yang mengharuskan Indonesia menjadi 10 terbesar dunia pada cabang olahraga sepak bola dalam jangka 10 tahun mendatang (1973).
Dalam SK Presiden itu, ditegaskan bahwa prestasi di bidang sepak bola dan olahraga akan mengharumkan nama bangsa. Ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan, termasuk membuat 30 persen warga negara secara aktif menjadi bagian dari kegiatan olahraga, mengintensifkan program sepak bola dan olahraga di sekolah dasar, dan pembangunan kelengkapan secara materiil.Bagi Bung Karno, revolusi harus dilaksanakan di bidang olahraga, khususnya sepak bola, dan seluruh warga harus berperan di dalamnya. Kini, setelah 47 tahun pencanangan itu, Indonesia hanya berada di urutan 137 dunia. Jauh dari harapan Bung Karno

No comments:

Popular Posts