Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Sebagai Bahan Tambahan Tepung Kedelai pada Pakan Buatan Terhadap Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

RINGKASAN

Dhanang Wahyudi. K2B 005 096. Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Sebagai Bahan Tambahan Tepung Kedelai pada Pakan Buatan Terhadap Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Diana Rachmawati dan Endang Arini

Ikan bawal air tawar (Colosoma macropomum) merupakan jenis ikan yang sudah cukup lama dikenal oleh konsumen sebagai ikan konsumsi yang memiliki rasa daging yang cukup lezat dengan pemeliharaan yang relatif mudah, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang bagus dan pertumbuhanya relatif cepat. Adapun kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan bawal adalah harga pakan atau pellet yang terus naik. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena harga kedelai sebagai bahan utama terus naik. Dengan demikian, ampas tahu diharapkan menjadi bahan subtitusi yang baik bagi kedelai.

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bawal air tawar dengan ukuran 10-12 cm dan massa rata-rata 30 gram. Sedangkan kepadatan hewan uji saat perlakuan adalah 1 ekor/liter. Hewan uji diperoleh dari satu induk yang sama dalam kegiatan budidaya di Satker BBI Janti Klaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh subtitusi tepung kedelai dengan ampas tahu pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan pemanfaatan pakan ikan bawal. Metoda penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratories dengan pola rancangan acak lengkap. Perlakuan yang dicobakan berupa pakan dengan perbandingan antara tepung kedelai dan tepung ampas tahu, sebagai berikut: A (0% : 100%); B (25% : 75%); C (50% : 50%); dan D (75% : 25%). Pembuatan pakan dilakukan di BBPBAP Jepara dan Penelitian dilakukan di LPWP UNDIP, Jepara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2009.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan subtitusi tepung ampas tahu terhadap tepung kedelai pada pakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap rata-rata pertumbuhan mutlak, Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP), Food Convertion Ratio (FCR). Kemudian, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap Net Protein Utilization (NPU) dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap Kelulushidupan. Persentase subtitusi tepung ampas tahu terbaik pada pemeliharaan ikan bawal air tawar (Colosoma macropomum) adalah pakan B, yaitu pakan dengan subtitusi tepung ampas tahu 25%. Nilai pertumbuhan mutlak pakan B= 46,15±0,75, EPP= 97,18±7,5, FCR= 1,07±0,04, dan NPU= 63,63±0,23. Kualitas air pada penelitian ini masih dalam kondisi yang layak untuk pemeliharaan ikan bawal.

Kata kunci : Ikan bawal , Ampas tahu, Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Kelulushidupan


SUMMARY
Dhanang Wahyudi. K2B 005 096. The use of tofu waste as additional ingredient of soy flour in artificial feed towards the use of food and growth of fresh water tambaqui (Colossoma macropomum). Diana Rachmawati and Endang Arini

The fresh water tambaqui (Colossoma macropomum) is a fish with delicious taste and relatively easy to culture, has a high tolerance towards bad environment and relatively fast growth. The problems faced in the tambaqui culture are the increasing price of the food or pellet. This is due to price of soy as the main ingredient is increasing. Therefore, the tofu waste is expected to be a good additional for the soy.

The tambaqui juvenile that was used for the research is approximately 10-12 cm long and approximately 30 gram in weight. Meanwhile, the solidity of the teste fish when they are preaped is 1fish/L The tambaqui juvenile was from Satker BBI Janti seeding klaten.

The purpose of the research was to know the effect of the tofu waste to additional towards the growth and feed use. The method used in the research was experimental design artificial food using soy flour and tofu waste flour with the following percentage: treatment A (0% : 100%); B (25%:75%); C (50%:50%), and D (75%:25%). Artificial feed are producted by BBPBAP Jepara, The research was conducted in LPWP UNDIP, Jepara, on October – November 2009.

The result of the research showed that the use of tofu waste flour in artificial food give highly significant (P<0,01) on average growth, Efficiency of the using of food (EPP), Food Convertion Ratio (FCR), and significant (P<0,05) on average Net Protein Utilization (NPU), and no effect(P>0,05) on average survival rate (SR). The best tofu waste flour additional in tambaqui (Colossoma macropomum) feed is treatment B. The growth value of treatment A, B, C and D were 47,32g; 46,15g; 37,66g; and 37,29g. During the research, the quality of water was still in optimal condition.

Key words: Tambaqui Juvenile (Colossoma macropomum), Tofu Waste, Growth, FCR, PER, Survival Rate

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan bawal air tawar (Colosoma macropomum) merupakan jenis ikan yang sudah cukup lama dikenal oleh konsumen sebagai ikan konsumsi yang memiliki rasa daging yang cukup lezat dengan pemeliharaan yang relatif mudah, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang bagus dan pertumbuhanya relatif cepat (Chobiyah, 2001). Walaupun budidaya ikan bawal relatif mudah, tetapi masih ada kendala dalam kegiatan pemeliharaannya. Kendala tersebut adalah biaya pakan yang merupakan biaya termahal dari jumlah total biaya produksi, yaitu berkisar 60-70%. Oleh karena harga dari sumber protein tersebut mahal maka perlu adanya alternatif pengganti. Salah satu yang perlu dilakukan adalah dengan penggunaan altematif bahan pakan yang berasal dari lokal, seperti ampas tahu. Ampas tahu merupakan bahan buangan dalam proses pembuatan tahu yang dapat mengganggu lingkungan karena baunya dan belum banyak dimanfaatkan. Akan tetapi, sebagai bahan pengganti tepung kedelai , Ampas tahu mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi berupa protein kasar 21,40%; lemak kasar 6,12%; serat kasar 22,65%; (BBPBAP Jepara, 2009).
Ampas tahu merupakan bahan buangan dalam proses pembuatan tahu yang dapat mengganggu lingkungan karena baunya dan belum banyak dimanfaatkan. Maka, dapat dikembangkan suatu bentuk usaha baru yang memanfaatkan ampas tahu sebagai bahan subtitusi dengan tujuan selain sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran dari limbah atau ampas tahu khususnya di daerah perairan, tapi juga mampu memberikan alternatif gizi sebagai sumber protein pada ikan. Pada proses pembuatan tahu sebagian protein kedelai diserap oleh tahu dan sisanya tertinggal dalam ampas tahu (Wiramiharja, 2001).
Menurut Haetami et al (2006), penggunaan ampas tahu dalam pellet ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila gift. Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak, dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan kurang maka pertumbuhan ikan akan lambat bera.kibat pada biaya dan waktu panen yang cukup lama. Dengan pengelolaan yang baik dari segala sesuatu yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu ini, otomatis akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut dan lebih ramah Iingkungan. Menurut Nasution dalam www.repository.usu.ac.id (2010), bahwa selama ini para petani ikan sudah memanfaatkan limbah ampas tahu untuk pakan ikan. Namun, sebagian dilakukan dengan cara memberikan langsung tanpa melalui proses terlebih dahulu.
Pendekatan Masalah
Subtitusi ampas tahu terhadap tepung kedelai diharapkan mampu mendapatkan pakan buatan dengan kualitas yang tetap baik dan ekonomis jika dibandingkan dengan pakan buatan dengan sumber bahan tepung kedelai. Kualitas dan kuantitas pakan merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, dikarenakan hanya dengan pakan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi, ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Kandungan nutrisi dalam suatu pakan tergantung dari bahan baku serta Formulasi pakan itu sendiri. Usaha untuk memenuhi nilai nutrisi pada pakan diupayakan memperhatian biaya dan ketersedian bahan bahan baku (Chobiyah, 2001).
Menurut Haetami (2006), dalam penelitian yang serupa terhadap ikan nila, bahwa ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber nutrien yang tepat dan lengkap bagi ikan sehingga dapat mernacu pertumbuhan pada tingkat optimal. Pakan dengan kualitas yang baik dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan. Kualitas pakan juga dapat sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan kemudian berpengaruh terhadap pemanfaatan pakan. Protein serta kandungan yang lain dalam pakan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan. Selain itu, efisiensi pakan dalam pengujian diharapkan mampu mendapatkan nilai yang baik. Menurut Rahardjo (2004), pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai efisiensi pakan yang tinggi, karena akan mengurangi harga produksi pakan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagaian berikut :
1. Mengkaji pengaruh subtitusi tepung kedelai dengan ampas tahu pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan pemanfaatan pakan ikan bawal air tawar (C. macropomum)
2. Mengetahui persentase subtitusi tepung ampas tahu terbaik pada pemliharaan ikan bawal air tawar (C. macropomum)

Manfaat hasil penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan agar dapat memberikan informasi yang berguna dalam meningkatkan nilai manfaat limbah tahu untuk pakan ikan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada petani Ikan bawal air tawar (C. macropomum) dalam pemanfaatan limbah tahu sebagai sumber pakan ikan.
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan di BBPBAP Jepara setelah usulan penelitian disetujui yaitu pada bulan Oktober sampai Januari .

MATERI DAN METODE
Materi
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dengan ukuran 10-12 cm dan massa rata-rata 30 gram. Sedangkan kepadatan hewan uji saat perlakuan adalah 1 ekor/liter (Bereza, 2001). Hewan uji diperoleh dari satu induk yang sama dalam kegiatan budidaya di Satker BBI Janti Klaten. Sedangkan pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan dengan Formulasi subtitusi tepung kedelai dengan tepung ampas tahu. Pada waktu penelitian berlangsung kisaran kualitas air masih dalam kondisi normal dan layak untuk pemeliharan benih bawal.
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang akan digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah subtitusi ampas tahu terhadap tepung kedelai sebagai berikut
Perlakuan A. 0% tepung ampas tahu dan 100% tepung kedelai
Perlakuan B. 25% tepung ampas tahu dan 75% tepung kedelai
Perlakuan C. 50% tepung ampas tahu dan 50% tepung kedelai
Perlakuan D. 75% tepung ampas tahu dan 25% tepung kedelai

Dasar dari tiap perlakuan adalah untuk mendapatkan keseimbangan perbandingan bahan subtitusi, dalam hal ini adalah ampas tahu dan kedelai. Dalam penelitian ini tidak dilakukan perlakuan dengan subtitusi 100% Ampas tahu. Menurut Haetami (2006) bahwa ampas tahu tidak bisa menggantikan kedelai sebagai bahan pakan, akan tetapi ampas tahu dapat digunakan menjadi bahan subtitusi yang baik guna mengurangi biaya produksi pakan.
Analisa Data
Data yang didapat dianalisa dengan menggunakan analisa ragam. Sebelum dilakukan pengujian, data tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji normalitas, homogenitas, additivitas. Apabila dari uji sidik ragam didapatkan pengaruh nyata (p<0,05) atau sangat nyata (p<0,01), maka dilanjutkan dengan uji wilayah Duncan untuk mengetahui perlakuan terbaik dibanding dengan perlakuan lainnya, sedangkan kualitas air dianalisa secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan mutlak
Data pertumbuhan mutlak ikan bawal selama penelitian tersaji pada Gambar 1 sebagai berikut:.
47,32±0,75 46,15±0,75 37,66±0,27 37,29±0,37







Gambar 1. Histogram pertumbuhan mutlak ikan bawal air tawar
Analisis ragam dan Uji Wilayah Duncan data pertumbuhan mutlak dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1 . Analisis ragam data pertumbuhan mutlak ikan bawal
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 3 301.5002 100.5001 15.14374** 4.07 7.59
Galat 8 53.09127 6.636408
Total 11 354.5915
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 2 . Uji wilayah ganda Duncan untuk pertumbuhan mutlak
Perlakuan Nilai Tengah Selisih
A 47,32 A
B 46,15 2.170 B
C 37,66 9.667** 8.497* C
D 37,29 10.037** 8.847** 0.370 D

Keterangan :
* = berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)
Data Efisiensi Pemberian Pakan (EPP) sebagai hasil dari perlakuan yang dicobakan selama 30 hari dapat dilihat dalam Gambar 2.

101.04±0.026
97.18±0.075
74.29±0.058 73.29±0.037







Gambar 2. Histogram EPP ikan bawal selama penelitian

Analisis ragam dan Uji Wilayah Duncan data EPP dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
Tabel 3 . Analisis Ragam Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 3 0.147034 0.0490112 17.42681** 4.07 7.59
Galat 8 0.022499 0.0028124
Total 11 0.169533
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 4. Uji wilayah ganda Duncan Efisiensi Pemberian Pakan (EPP) ikan bawal
Perlakuan Nilai Tengah Selisih
A 101.0 A
B 97.1 3.9 B
C 74.3 27.7** 22.8** C
D 73.3 27.7** 23.8** 1.1 D
Keterangan :
** = berbeda sangat nyata
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Data Rasio Konversi Pakan (FCR) sebagai hasil dari perlakuan yang dicobakan selama 30 hari dapat dilihat dalam Gambar 3.

1.36±0.07
1.20±0.08
0.99 ±0.02 1.07±0.04











Gambar 3. Histogram FCR ikan bawal selama penelitian


Analisis ragam dan Uji Wilayah Duncan data FCR dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.
Tabel 5 . Analisis Ragam FCR ikan bawal selama penelitian
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 3 0.266967 0.088989 18.44329** 4.07 7.59
Galat 8 0.0386 0.004825
Total 11 0.305567
** = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 6. Uji Wilayah Duncan FCR selama penelitian
Perlakuan Nilai Tengah Selisih
D 1.367 D
C 1.203 0.163* C
B 1.073 0.294** 0.130* B
A 0.990 0.377** 0.213** 0.083* A
Keterangan :
* = berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Net Protein Utilization (NPU)
Data Net Protein Utilization (NPU) sebagai hasil dari perlakuan yang dicobakan selama 30 hari dapat dilihat dalam Gambar 4.
64,88±1,41

63,63 ±0,23
62,12 ±1,33

61,26±0,90





Gambar 4. Histogram Net Protein Utilization (NPU) ikan bawal dari empat perlakuan

Analisis ragam dan Uji Wilayah Duncan data NPU dapat dilihat pada tabel 7 dan 8.
Tabel 7 . Analisis Ragam NPU ikan bawal selama penelitian
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 3 21.38638 7.128794 6.149896* 4.07 7.59
Galat 8 9.273385 1.159173
Total 11 30.65977
* = Berpengaruh sangat nyata
Tabel 8. Uji Wilayah Duncan Net Protein Utilization (NPU) selama penelitian
Perlakuan Nilai Tengah Selisih
A 64.88 A
B 63.63 1.24 B
C 62.12 2.76* 1.51 C
D 61.26 3.61** 2.36* 0.86 D
Keterangan :
* = berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Kelulushidupan (SR)
Data Kelulushidupan sebagai hasil dari perlakuan yang dicobakan selama 30 hari dapat dilihat dalam Gambar 5.


Gambar 5. Histogram Kelulushidupan ikan bawal selama penelitian
Analisis ragam data Kelulushidupan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 . Analisis varian Kelulushidupan ikan bawal selama pemeliharaan
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 3 1 0.333333 0.666667 4.07 7.59
Galat 8 4 0.5
Total 11 5

Nilai F hitung yang lebih kecil dari F tabel menunjukkan bahwa Analisis varian kelulushidupan ikan Bawal tidak berbeda nyata, yang artinya bahwa penggunaan tepung ampas tahu sebagai subtitusi tepung kedelai tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan ikan bawal,
Pembahasan
Pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan jumlah komponen tanpa memperhatikan perubahan positif, negatif, sementara atau tetap (Busacker et al., 1990 dalam Efendi, 1997). Besar kecilnya pertumbuhan dipengaruhi faktor internal dan fisik, kimia, lingkungan, spesies, ukuran dan nilai nutrisi dari pakan (Tacon, 1991).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data pertumbuhan mutlak dengan rata-rata berbeda untuk masing-masing perlakuan. Pada perlakuan A didapat pertumbuhan mutlak dengan rata-rata 47,32 g, sedangkan perlakuan B diperoleh rata-rata 46,15 g , C dengan rata-rata 37,66 g, dan perlakuan D dengan rata-rata 37,29g.
Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan selanjutnya dianalisis ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,01) yang artinya bahwa penggunaan tepung ampas tahu sebagai subtitusi tepung kedelai berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan bawal. Tepung ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan bawal.
Selanjutnya perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Dari hasil Uji Duncan menunjukkan pertumbuhan terbaik pada Ikan adalah perlakuan A dengan subtitusi ampas tahu sebesar 0%. Sedangkan pertumbuhan terbaik diikuti oleh perlakuan B dengan subtitusi ampas tahu sebesar 25%. Hasil uji Duncan menunjukkan antar perlakuan A dan perlakuan B tidak berbeda nyata. Jika dilihat dari segi ekonomis, kemungkinan pakan dengan Formulasi B (ampas tahu 25%) mempunyai biaya produksi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan Formulasi A (ampas tahu 0%). Hal ini dapat diartikan bahwa Formulasi B sangat sesuai untuk dijadikan pakan alternatif sebagai suatu tindakan pemanfaatan limbah tahu.
Menurut Gusrina (2008), ikan tidak mempunyai kebutuhan protein yang mutlak namun untuk menunjang pertumbuhannya ikan membutuhkan campuran yang seimbang antara asam amino essensial dan non-essensial pada sumber protein. Penentuan kualitas protein dapat dilakukan dengan membandingkan komposisi asam amino esensial dan non-esensial yang dikandung bahan pakan dengan standar kebutuhan asam amino pada hewan uji. Menurut Tacon (1991), Arginin dan Lisin merupakan asam amino yang paling dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ikan. Arginin merupakan asam amino yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan optimal ikan muda sedangkan Lisin berguna untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Untuk itu, kemungkinan pada penelitian ini pakan A dan B mempunyai jumlah Arginin dan Lisin yang optimal untuk memenuhi kebutuhan ikan bawal. Ikan bawal membutuhkan kisaran kandungan Arginin dan Lisin masing-masing sebesar 4,2 % dan 5,1 % (Gusrina, 2008). Sedangkan kandungan Arginin dari pakan A dan B adalah masing-masing adalah 6,58 % dan 7,065 %. Dalam hal ini, pakan A lebih baik karena memiliki Arginin yang mendekati kebutuhan Arginin pada ikan bawal. Sedangkan pada pakan B kemungkinan memiliki Arginin yang terlalu besar sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ikan itu sendiri. Kelebihan Asam amino dalam pakan akan mengakibatkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses deaminasi (metabolisme) dan mengeluarkan amoniak sebagai senyawa yang bersifat racun sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan akan berkurang (Gusrina, 2008). Kandungan Lisin pada pakan A dan B adalah masing-masing adalah 6,58 % dan 5,97 %. Dalam hal ini, kandungan Lisin pada pakan B lebih mendekati nilai optimal kebutuhan ikan bawal jika dibandingkan dengan pakan A. Kemungkinan, faktor inilah yang menyebabkan ikan bawal dengan pakan B memiliki nilai pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan pakan A.
Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)
Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) merupakan metoda biologi untuk menilai efisiensi pakan. PER tertinggi selama penelitian adalah perlakuan A dengan rata-rata EPP sebesar 101,04, kemudian berturun pada perlakuan B dengan rata-rata EPP sebesar 97,18, perlakuan C dengan rata-rata EPP sebesar 74,29 dan nilai terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 73,29.
Pengaruh perlakuan terhadap EPP selanjutnya dianalisis ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) yang artinya bahwa penggunaan tepung ampas tahu sebagai subtitusi tepung kedelai berpengaruh terhadap EPP ikan bawal. Ampas tahu mengalami penurunan kualitas protein sehingga mempengaruhi kualitas protein Formulasi pakan buatan. Jumlah protein menyebabkan adanya pengaruh antara perlakuan subtitusi dengan EPP.
Selanjutnya perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa EPP ikan bawal pada perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B, akan tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C dan perlakuan D. Perlakuan B berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C dan perlakuan D. Sedangkan perlakuan C menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan D. Walaupun terjadi perbedaan nilai EPP antara perlakuan A dengan perlakuan B, akan tetapi hasil uji statistik menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata.
Dari hasil Uji Duncan menunjukkan EPP terbaik pada Ikan adalah perlakuan dengan subtitusi ampas tahu 0% (Pakan A) diikuti perlakuan pada pakan dengan subtitusi ampas tahu 25% (Pakan B). Seperti halnya dengan nilai pertumbuhan, nilai EPP pada pakan A juga tidak mengalami perbedaan yang nyata terhadap EPP pakan B. Peningkatan efisiensi protein tidak selalu diikuti dengan meningkatnya kandungan protein dalam pakan, Karena nilai EPP yang baik juga diikuti dengan jumlah konsumsi pakan dan pertambahan bobot hewan uji yang tinggi (Gusrina, 2008). Sedangkan dalam penelitian ini, pakan A memiliki pertambahan bobot hewan uji paling tinggi yaitu 47,32 g serta jumlah konsumsi pakan adalah 47,87.
Adanya nilai tidak berbeda nyata pada EPP pakan A dan pakan B kemungkinan karena pertumbuhan atau pertambahan bobot ikan bawal selama penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai pertumbuhan ikan bawal perlakuan A dan B masing-masing adalah 47,32 g, dan 46,15 g.

Rasio Konversi Pakan (FCR)
Rasio konversi pakan merupakan salah satu parameter efisiensi pemanfaatan
pakan. Menurut NRC, (1993), nilai konversi pakan berbeda tergantung jenis pakan, spesies, ukuran ikan, dan suhu perairan, yang artinya bahwa dalam penelitian ini hanya jenis pakan yang berpengaruh karena dalam pelaksanaannya baik spesies, ukuran ikan dan suhu adalah mencapai keragaman.
Data perhitungan Rasio Konversi Pakan pada ikan bawal untuk tiap-tiap perlakuan selama penelitian adalah didapatkan nilai paling rendah atau paling baik pada Perlakuan A, yaitu pakan tanpa subtitusi ampas tahu dengan nilai FCR rata-rata 0,99. Sedangkan perlakuan B diperoleh nilai FCR rata-rata 1,03, C dengan rata-rata 1.20, dan D dengan rata-rata 1,36.
Pengaruh perlakuan terhadap FCR selanjutnya dianalisis ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) yang artinya bahwa penggunaan tepung ampas tahu sebagai subtitusi tepung kedelai berpengaruh terhadap FCR ikan bawal. Selanjutnya perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil uji wilayah ganda Duncan yang menunjukkan bahwa FCR ikan bawal pada perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B, akan tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C dan perlakuan D. Perlakuan B berbeda nyata terhadap perlakuan C dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan D. Sedangkan perlakuan C menunjukkan berbeda nyata terhadap perlakuan D.
Perhitungan FCR pada ikan bawal ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Pertambahan bobot yang tinggi pada pakan A membuat hewan uji memiliki nilai FCR yang terendah atau yang terbaik. Bobot ikan bawal pada perlakuan pakan A adalah 47,32 g.

Net Protein Utilization (NPU)
NPU tertinggi selama penelitian adalah perlakuan A dengan rata-rata sebesar 64,88, kemudian berturun pada perlakuan B dengan rata-rata NPU sebesar 63,63, perlakuan C dengan rata-rata NPU sebesar 62,12, dan nilai terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 61,26.
Pengaruh perlakuan terhadap NPU selanjutnya dianalisis ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) yang artinya bahwa penggunaan tepung ampas tahu sebagai subtitusi tepung kedelai berpengaruh terhadap NPU ikan bawal. Selanjutnya perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa Net Protein Utilization (NPU) ikan bawal pada perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B, akan tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan C dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan D. Perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C dan berbeda nyata terhadap perlakuan D. Sedangkan perlakuan C menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan D.
NPU sangat tergantung pada kecernaan bahan pakan tersebut dan sampai sejauh mana komposisi delapan macam asam amino essensial yang terdapat di dalam pakan sesuai dengan susunan asam amino protein essensial yang dibutuhkan tubuh ikan. Dengan nilai NPU yang diperoleh, maka didapatkan Formulasi pakan dengan pemanfaatan ampas tahu yang terbaik yaitu pada pakan A (tanpa subtitusi). Akan tetapi, pakan A tidak berbeda nyata terhadap pakan B (subtitusi 25%). Artinya, kemungkinan pakan B cukup baik digunakan sebagai pakan alternatif dilihat dari biaya produksi, karena tepung ampas tahu memiliki harga yang lebih murah dibandingkan tepung kedelai.
Selain itu, alasan perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B adalah adanya kemungkinan pakan A mempunyai kandungan asam fitat yang lebih besar jika dibandingkan dengan pakan B. asam fitat berpengaruh terhadap daya cerna protein (asam amino) dan mineral. Pakan A adalah pakan dengan persentase subtitusi 100 % kedelai yang mana bahwa tepung kedelai sendiri adalah bahan pakan dengan kandungan fitat yang cukup besar (1,4 ppm). Sedangkan pakan B secara tidak langsung mengalami penurunan kandungan fitat karena adanya pengurangan jumlah subtitusi kedelai menjadi 75%, sedangkan 25% sisanya adalah ampas tahu yang memiliki kandungan fitat lebih sedikit jika dibandingkan dengan kedelai. Menurut Judoamidjojo (1992), kandungan asam fitat tepung kedelai adalah 1,4 ppm dan ampas tahu adalah 0,3124 ppm. Dengan menggunakan data NPU maka dapat dibandingkan mutu atau nilai sebenarnya dari protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh (Gusrina, 2008).
Kualitas air
Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air media menunjukkan bahwa air media tersebut masih memenuhi persyaratan dalam mendukung pertumbuhan serta kelangsungan ikan uji. Penggantian air media pada saat penyifonan sisa-sisa pakan dan kotoran dilakukan setiap hari serta pemberian aerasi secara terus menerus mengakibatkan kadar amonia yang rendah dan tingginya oksigen terlarut.
Suhu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ikan bawal, karena semakin tinggi suhu semakin tinggi pula laju metabolisme ikan yang berarti semakin cepat pertumbuhannya. Selama penelitian kisaran suhu 26 - 290C, Chobiyah (2001) menyatakan ikan bawal dapat hidup pada suhu antara 25 - 300C dimana kisaran optimal untuk pertumbuhan antara 27 hingga 290C.
Kisaran pH yang optimal akan membuat ikan merasa nyaman. Menurut Djariah (1995), derajat keasaman atau pH perairan ideal untuk pemeliharaan bawal berkisar 7 – 8, sehingga pH media pemeliharaan selama penelitian telah memenuhi syarat. Pengukuran pH dilakukan 3 hari sekali bersama dengan kegiatan sampling pertumbuhan benih bawal.
Oksigen terlarut juga sangat penting dalam pernafasan ikan. Ikan memerlukan oksigen untuk aktifitas seperti berenang, reproduksi dan pertumbuhan. Berdasarkan hasil pengukuran DO yang dilakukan 3 hari sekali menggunakan DO meter diketahui bahwa DO air media pemeliharan selama penelitian masih berada dalam kisaran normal. Diketahui bahwa kisaran DO media pemeliharaan selama penelitian antara 8 – 10 ppm. DO yang tinggi disebabkan karena selama pemeliharaan dilakukan pemberian aerasi terus-menerus kemudian media ditutup dengan plastik.

Kelulushidupan (SR)
Tolok ukur keberhasilan kegiatan budidaya adalah presentase kelangsungan hidup (Effendi, 1997). Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelulushidupan ikan adalah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik diantaranya adalah faktor fisika, kimia air suatu perairan atau sering disebut dengan kualitas air. Kualitas air yang baik akan menyebabkan proses fisiologi dalam tubuh ikan berjalan dengan baik, sehingga mendukung kelulushidupan (Effendi, 1997).
Pengaruh perlakuan terhadap Kelulushidupan selanjutnya dianalisis ANOVA menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0,05) yang artinya bahwa penggunaan tepung ampas tahu sebagai subtitusi tepung kedelai tidak berpengaruh terhadap Kelulushidupan ikan bawal.

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subtitusi tepung ampas tahu dengan tepung kedelai pada pakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap Pertumbuhan Mutlak, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Food Convrtion Ratio ( FCR). Kemudian, berpengaruh nyata terhadap Net Protein Utilization (NPU) dan tidak berpengaruh nyata terhadap Kelulushidupan ikan bawal
2. Persentase subtitusi tepung ampas tahu terbaik pada pemeliharaan ikan bawal air tawar (Colosoma macropomum) adalah pakan dengan subtitusi tepung ampas tahu 0% di ikuti dengan subtitusi tepung ampas tahu 25%, 50%, dan 75%. Akan tetapi, pakan dengan subtitusi ampas tahu 25% menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap subtitusi ampas tahu 0%, pada pengaruh Pertumbuhan Mutlak, Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) dan Net Protein Utilization (NPU).
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan disarankan menggunakan kombinasi tepung kedelai dengan tepung ampas tahu. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan dosis pemberian tepung ampas tahu ke dalam pakan lebih besar dan diperoleh dosis optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bezerra, R.S., J.F. Santo, P.M.G. Paiva, M.T.S. Correia, L.C.B.B. Coelho, V.L.A. Vieira, dan L.B. Carvalho. 2001. Partial purification and characterization of a thermostable trypsin from pyloric caeca of tambaqui (Colossoma macropomum). J. Food Biochem. 199–210 hal

Chobiyah I. 2001. Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar. Balai Infonnasi Penyuluh Pertanian Magelang, Departemen Pertanian, Jakarta. 3 hal

Effendie, 1997. Biologi .Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal

Gusrina. 2008 “BUDIDAYA IKAN” Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional

Haetami K 2006. Suplementasi Asam Amino Pada Pelet yang Mengandung Silase Ampas Tahu dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Benib Ikan Nila Gift (Oreochrornis niloticus). Fakultas Perikanan dan Iimu Kelautan Universitas Padjadjaran. 29 hal

NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Water Fishes and Shellfish. National Academy of Sciencess. Washington DC.

Rahardjo, L. 2004. Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Sebagai Bahan Pakan Broiler Periode Finisher. UNISMA Malang

Srigandono, B. 1992. Rancangan Percobaan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Tacon,A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp a Training Manual. FAO. Brazil.

Wiramiharja Y. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan Ikan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar. Jambi

http://www.repository.usu.ac.id//

No comments:

Popular Posts