PENGELOLAAN BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK

PENGELOLAAN BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK
Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Payau
Semester Gasal 2010

Disusun oleh:

Ir. Endang Arini, MSi
NIP: 19500512 197802 2 001




Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
Semarang
2010

DAFTAR ISI

1. Modul Pengelolaan Budidaya Udang Di Tambak …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… hal 5
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PRAKTIKUM

MATA KULIAH : Manajemen Akuakultur Payau
KODE MK/SKS/SEMESTER : PKB 303P/ 3 SKS/IV (gasal)
TIM PENGAMPU KULIAH & PRAKTIKUM : PJMK Ir. Endang Arini MSi
Anggota Dr. Ir. Sri Hastuti, MS
Ir. Sri Rejeki, MSc
Ir. Titik Susilowati, MS
WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM : 1. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara
2. Pertambakan Rakyat di Desa Semat, Kecamatan Teluk Awur, Jepara
DESKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH : Manajemen Akuakultur Payau merupakan bahasan pembelajaran dan pemahaman komprehensif tentang kegiatan budidaya air payau dan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keberhasilan budidaya. Serta mampu menggerakkan mahasiswa untuk dapat menerapkan secara langsung.
STANDAR KOMPETENSI MATA KULIAH : Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami prinsip dasar manajemen akuakultur payau dan menerapkan konsep tersebut pada manajemen bioteknis organisme air payau dengan berbagai teknologi yang ramah lingkungan.
INDIKATOR KINERJA PRAKTIKUM : Setelah menyelesaikan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu:
a) Melakukan analisa faktor-faktor lingkungan budidaya
b) Menetapkan daya dukung lahan dari lokasi yang dipilih untuk praktikum berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Poernomo, A (1999)
c) Menerapkan atau mengevaluasi teknologi budidaya yang tepat
d) Memecahkan masalah (memberi solusi) dari pembudidaya berdasarkan hasil praktikum








KOMPETENSI DASAR

POKOK BAHASAN
SUB POKOK BAHASAN TOPIK PRAKTIKUM
MINGGU
KE
SUMBER
BACAAN
DOSEN
PENGAMPU
1 2 3 4 5 6 7
Mahasiswa mampu:
1. Menetapkan daya dukung lahan sesuai dengan data kondisi lingkungan
2. Menerapkan metode teknologi budidaya yang tepat
3. Mengujikan tahapan untuk tiap-tiap jenis teknologi budidaya
4. Membantu memecahkan permasalahan para pembudidaya berdasarkan hasil praktikum Pengelolaan Teknologi budidaya Pengelolaan Budidaya Udang di Tambak 5, 6, 7 Effendie (1997)
Pillay, et al (2005)
Poernomo (1999)
Webster, et al (2003) Ir. Endang Arini, Msi
Ir. Sri Rejeki, MSc
Dr. Ir. Sri Hastuti, MS dan
Ir. Titik Susilowati, MS

BAHAN BACAAN

Effendie, 1997. Biologi .Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal

Pillay, T. V. R, and kutty, M. N, 2005. Aquaculture: prinples and practices. 2nd ed. Willey-blackweel. Publ. 640p

Poernomo, A, 1999. Peranan tata ruang, desain interior kawasan pesisir dan pengelolaan terhadap kelestarian budidaya tambak (II). Pusat penelitian dan pengembangan perikanan. Badan penelitian dan pengembangan perikanan, Jakarta 90 hal

Webster, C. D, and jana, B. B, 2003. Sustainable aquaculture. Global perspectives. CRC. Publ. 365p

Catatan:
Kompetensi dasar disesuaikan dengan kompetensi dasar mata kuliah.
Masing-masing mata acara praktikum durasi maksimum 4 jam.
Topik atau Judul Praktikum disesuaikan dengan Pokok Bahasan dalam Kuliah.

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
MODUL: PENGELOLAAN BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK

Nama Mata Kuliah : Manajemen Akuakultur Payau
Kode dan SKS mata kuliah : PKB 303P / 3 SKS
Semester ke : V
Prasyarat Praktikum : Mahasiswa yang akan mengikuti praktikum mata kuliah ini, harus sudah atau sedang mengikuti kuliah dari mata kuliah Manajemen Akuakultur Payau
Waktu yang diperlukan : 3 x 4 jam kegiatan
Kompetensi Mata Kuliah : Aplikasi / Penerapan teknologi budidaya air payau
Indikator Kinerja Praktikum pada Modul ini : Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan dengan benar:
a. Pengukuran parameter lingkungan budidaya
b. Pengukuran bobot udang dan penghitungan pertumbuhan dan kelulushidupan
c. Menerapkan metode teknologi budidaya








BUDIDAYA UDANG DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF, SEMI-INTENSIF DAN INTENSIF



Nama: ...........................................................

NIM: ..............................................

Ttd: ........................................
Pengantar Teori Praktikum
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan keamanan pangan (Food Savety) akibat dari globalisasi perdagangan, maka pengembangan budidaya yang berkelanjutan (Sustainable aquaculture) perlu bertumpu pada kaidah moral dan etika, serta diarahkan untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi berkelanjutan melalui peningkatan produksi biomassa kultivan tanpa mengorbankan kualitas media dan daya dukung lingkungan budidaya. Berkaitan dengan hal tersebut, Poernomo (1999) membagi daya dukung dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah seperti pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kategori daya dukung
No. Tolok ukur Kategori daya dukung
Tinggi Sedang Rendah
1. Arus perairan Kuat Sedang lemah
2. Amplitude pasang 11-21 dm 8-11 dm dan 21-29 dm < 8 dan > 29 dm
3. Mutu tanah 1. Tekstur, sandiclay-loam.
2. Tidak bergambut, tidak berpirit.
3. Kandungan logam berat rendah 1. Tekstur, sandiclay, sandiclay-loam.
2. Tidak bergambut, kandungan pirit rendah.
3. Kandungan logam berat rendah 1. Tekstur lumpur atau lumpur berpasir
2. Bergambut, kandungan pirit tinggi
3. Kandungan logam berat rendah

4. Air tawar Dekat sungai dengan mutu air dan jumlah memadai Sama dengan kategori tinggi Dekat seungai tetapi tingkat siltasi tinggi atau air gambut
5. Jalur hijau Memadai Memadai Tipis/tanpa jalur hijau
6. Curah hujan <2.000 (mm/tahun) 2.000-2.500 (mm/tahun) > 2.500 (mm/tahun)
7. Tata ruang Tidak ada sumber pencemaran Jauh dari sumber pencemaran Jauh dari sumber pencemaran

Dalam aplikasi di lapangan terdapat berbagai tingkat teknologi budidaya yang dapat digolongkan kedalam teknologi sederhana (Ekstensif, Madya/semi intensif dan maju/intensif maupun jenis usahannya apakah monoculture atau polyculture. Semua jenis teknologi /usaha tersebut berbeda satu dengan lainnya dan masing-masing memiliki ciri khas.

Berkaitan dengan penerapan jenis teknologi dan kategori daya dukung lahan, table berikut ini menggambarkan persentase yang ideal untuk keduanya.
Tabel 2. Luasan maksimal hamparan tambak dan teknologi yang diterapkan
No. Kategori daya dukung Teknologi
BUI BUSI BUS
1. Tinggi - - 100
- 100 -
- 50 50
- 75 25
30 20 50
20 30 5
10 40 50
2. Sedang - - 100
- 75 25
- 50 50
- 25 75
3. Rendah - - 100
- - 10
Keterangan:
BUI : Budidaya Udang Intensif
BUSI : Budidaya Udang Semi-Intensif
BUS : Budidaya Udang Sederhana
Berikut ini persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) tentang INBUDKAN (Intensifikasi Budidaya Ikan) yang menurut Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk tipe-tipe budidaya.
1. Teknologi sederhana (Ekstensif)
Yaitu penerapan teknologi dengan 100% menguntungkan secara alamiah.
a. Konstruksi tambak
- Luas petakan berkisar antara 1-4 Ha
- Bentuk petakan tidak perlu segi empat
- Luas caren (luas efektif) 20-30% dari luas petakan dengan kedalaman caren 40% dari permukaan tanah
- Pematang kedap air (tidak bocor)
- Pintu air 1(satu) buah per hektar
- Tendon dengan luasan 30-50% dari petak pemeliharaan
- Plastic keliling pada bagian atas tanggul untuk proteksi
b. Persiapan pemeliharaan
- Pengeringan total sampai tanah dasar menjadi retak-retak
- Pengapuran tanah dasar tambak
- Penumbuhan alami dengan pemupukan dasar berupa pupuk organic dan anorganik
c. Padat penebaran benur
20.000-60.000 ekor/Ha/MT, ukuran tokolan (PL-32) dengan 2 kali penebaran/tahun
d. Pengelolaan air
- Kedalaman air di atas pelataran dan caren masing-masing 60 cm dan 100 cm
- Salinitas air antara 10-3 permil
- System pemasukan dan pembuangan air berdasarkan gravitasi (beda pasang surut air laut di atas 1 m) dilengkapi pompa (dorong centrifugal)
- Aplikasi desinfektan/sucihama kelompok crustacean atau penggunaan multio spesies ikan predator
e. Produktivitas udang: 360-900 kg/Ha/MT
2. Teknologi madya (semi intensif/U2)
a. Kontruksi tambak
- Luas petakan berkisar antara 1-2 Ha
- Bentuk petakan segi empat dengan perbandingan lebar banding panjang 1:2 sampai 1:3
- Pematang kedap air (tidak bocor)
- Bila menggunakan caren, luasnya 30-50% dari luas petakan dengan kedalaman 40 cm dari permukaan pelataran
- Pintu air petakan 2 buah terdiri dari pintu pemasukan dan pembuangan
- Tandon 30-50% dari total petak pemeliharaan
- Plastic keliling pada bagian atas tanggul untuk proteksi
b. Persiapan pemeliharaan
- Pengeringan total sampai tanah dasar menjadi retak-retak
- Pembalikan tanah dasar tambak
- Pengapuran tanah dasar tambak
- Pemberantasan hama dengan pertisida
- Penumbuhan plankton dengan pemupukan
c. Padat penebaran benur
60.000-150.000 ekor/Ha/MT, ukuran benih tokolan (PL-32) dengan 2 kali penebaran.
d. Pengelolaan air
- Kedalaman air 120 cm
- Salinitas air bervariasi antara 10-30 permil
- System pemasukan air dengan menggunakan pompa
- Dilengkapi kincir air tunggal (3-5 buah/Ha)
- Aplikasi desinfektan/pembasmi kelompok crustacean
e. Selama pemeliharaan diberi pakan buatan
Pakan diberikan sesuai dengan kebutuhan udang
f. Pengendalian hama dengan menggunakan saringan air dan pestisida
g. Pengendalian kualitas tanah dasar tambak dan air selama pemeliharaan dilakukan pemupukan susulan
h. Produktivitas udang: 900-2.250 kg/ha/MT
3. Teknologi maju/intensif (U3)
a. Konstruksi tambak
- Luas petakan berkisar antara 0,2-1,0 Ha
- Bentuk petakan segi empat dengan perbandingan 1:2 s/d 1:3
- Pematang kedap air (tidak bocor)
- Pintu air 2 buah per petak, yang berfungsi sebgai pintu pemasukkan dan pembuangan
- Tandon 30-50% dari total petak pemeliharaan
- Plastic keliling pada bagian atas tanggul untuk proteksi
b. Persiapan pemeliharaan
- Pengeringan total sampai tanah dasar menjadi retak-retak
- Pembalikan tanah dasar tambak
- Pemberantasan hama dasar tambak
- Penumbuhan plankton dengan pemupukan (bila diperlukan)
c. Padat penebaran benur
150.000-300.000 ekor/Ha/MT, ukuran benih tokolan (PL-32) dengan 2 kali penebaran.
d. Pengelolaan air
- Kedalaman air rata-rata 125 cm
- Salinitas air bervariasi antara 10-30 permil
- System pemasukan air dengan menggunakan pompa air
- Menggunakan kincir air (1 kincir untuk 300 kg biomass udang) untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air
- Aplikasi desinfektan/pembasmi kelompok crustacean
e. Selama pemeliharaan diberi pakan buatan sebanyak 100% dari total kebutuhan
f. Pengendalian hama dengan menggunakan saringan pada pintu air dan pestisida
g. Pengendalian kualitas tanah dasar tambak dan air selama pemeliharaan dilakukan dengan penggantian air, kincir air, dan pengapuran
h. Produktivitas udang: 2.250-5.500 kg/ha/MT

Mengingat bahwa penerapan suatu teknologi budidaya pada suatu areal pertambakan harus dilaksanakan pada daya dukung lahan, maka Dinas Kelautan dan Perikanan (2004), telah memberikan batasan besarnya tingkat teknologi dengan kemampuan daya dukung. Demikian pula hubungan tekstur tanah dengan tingkat teknologi budidaya tersebut.
Semakin intensif teknologi yang diterapkan, semakin tinggi pula produksi yang dapat diperoleh. Akan tetapi, akan semakin kompleks pula menciptakan suasana lingkungan tambak yang layak untuk kehidupan kultivan.
Berikut ini daftar persyaratan air dari sumber maupun dari media pemeliharaan udang/ikan yang telah dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (2004):

Tabel 3. Parameter kualitas air sumber
No. Parameter Air Kisaran
1. Salinitas (ppt) 5 – 35
2. pH 7,0 – 9,0
3. Alkalinitas (ppm) >50
4. H2S (mg/l) 0,001
5. Bahan organic (ppm) <55
6. Total phosfat (ppm) 0,05 – 0,50
7. BOD (ppm) < 25
8. COD (ppm) < 24
9. Tss (ppm) 25 – 500
10. Pb (ppm) 0,001 – 1,157
11. Hg (ppm) 0,051 – 0,167
12. Cu (ppm) < 0,06
13. Organo chlorine (ppm) < 0,02
Keterangan:
BOD : Biological Oxygen demand
COD : Chemycal Oxygen demand
TSS : Total suspended solid

Prosedur kerja
1. Bahan
a. Unit tambak
b. Udang, yang dipelihara petak tambak ekstensif, semi intensif dan intensif
c. Bahan-bahan untuk analisa parameter lingkungan
2. Alat
a. Peralatan yang diperlukan untuk kualitas air dan parameter lingkungan yaitu: O2 terlarut, DO, BO, CO2, PO4, NO3
b. Current meter untuk mengukur arus air
c. pH meter
d. Refraktometer
e. Tingkat penduga untuk mengukur kedalaman air
f. Timbangan analitik
g. Jala
h. Ember
i. Tabung/gelas ukur untuk pengambilan sampel air
3. Metoda
Praktikum ini dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu:
Kegiatan I : tambak rakyat (budidaya ekstensif)
Kegiatan II : tambak BBPBAP (budidaya semi intensif)
Kegiatan III : tambak BBPBAP (budidaya intensif)
Tahap pelaksana
1. Tiap-tiap kegiatan melakukan 2 aktivitas, yaitu:
a. Aktivitas lapangan, untuk pengambilan sampel dan pengukuran laboratorium guna mendapatkan data primer
b. Wawancara terhadap pembudidaya tambak untuk mendapatkan data sekunder
2. Pengamatan di lapangan dan analisa laboratorium meliputi parameter lingkungan, yaitu:
O2 terlarut, DO, CO2, BO, PO4, NO3, arus air, amplitude pasang, mutu tanah, sumber air tawar, kedalaman air tambak, pH, salinitas, jalur hijau, curah hujan, tata ruang.
3. Pengamatan pertumbuhan individu dan kelulushidupan
a. Pertumbuhan individu
Pengukuran bobot udang dilakukan setiap minggu dan dimasukkan dalam rumus berikut ini:
W = Wt – W0 (Effendie, 1997)
W = pertumbuhan individu (gram)
Wt = bobot udang akhir (gram)
W0 = bobot udang awal (gram)
b. Kelulushidupan (SR)
SR= ( No / Nt ) x 100
SR = Kelulushidupan udang (%)
N0 = Jumlah udang yang hidup pada awal (ekor)
Nt = Jumlah udang yang hidup pada akhir (ekor)
4. Wawancara kepada pembudidaya meliputi:
a. Nama pembudidaya
b. Status (pemilik/penggarap)
c. Luas tambak
d. Asal benur
e. Perlakuan sebelum tebar
- Air
- Kultivan (udang)
- Filterisasi (ada/tidak ada)
f. Penebaran
- Jumlah
- Waktu tebar
g. Pemberian pakan
- Jenis pakan
- Jumlah
- frequensi
- cara
h. Pengamatan udang (control)
i. Panen
- Alat
- Cara
- Jumlah/produksi
j. Kendala selama budidaya
k. Solusi pembudidaya terhadap permasalahan
Hasil pengamatan (dilapangan dan wawancara)dituangkan dalam lembar hasil pengamatan yang teruji pada table 4.
5. Pembahasan
6. Simpulan dan saran
7. Daftar pustaka

Tabel 4. Data hasil pengamatan dan wawancara selama praktikum
I. Pengamatan kualitas air dan lingkungan
Parameter Tambak ekstensif Tambak semi intensif Tambak intensif
O2 terlarut
DO
CO2
BO(%)
PO4 (ppm)
NO3 (ppm)
pH
Salinitas
Arus air
Amplitude pasang
Mutu tanah
Jumlah air tawar
Jalur hujan
Curah hujan
Tata ruang

II. Pengamatan pertumbuhan dan kelulushidupan
Parameter Tambak ekstensif Tambak semi intensif Tambak intensif
Pertumbuhan individu (gram)
Kelulushidupan / SR (%)

III. Wawancara
Parameter Tambak ekstensif Tambak semi intensif Tambak intensif
Nama pembudidaya
Status (pemilik / penggarap)
Luas tambak
Asal benur
Perlakuan sebelum tebar
- Air
- Kultivan (udang)
- Filterisasi (ada/tidak ada)
Penebaran
- Jumlah
- Waktu tebar
Pemberian pakan
- Jenis pakan
- Jumlah
- Frequensi
- Ca ra
Pengamatan udang
Pertumbuhan individu (gram)
SR (%)
Panen
- Alat
- Cara
- Jumlah/produksi
Kendala selama proses
Solusi pembudidaya terhadap permasalahan


Pembahasan

Simpulan dan saran

Daftar pustaka

SATUAN ACARA PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Manajemen Akuakultur Payau
Kode Mata Kuliah : PKB 303 P
SKS : 3
Waktu Pertemuan : 3 x 4 jam
Pertemuan ke : 5, 6, 7
A. Kompetensi
1. Kompetensi standar : Diharapkan setelah mengikuti Praktikum Mata Kuliah Manajemen Akuakultur Payau, mahasiswa mampu melakukan / menerapkan konsep / prinsip dasar dari manajemen akuakultur payau pada manajemen bioteknis organisme air payau dengan berbagai teknologi yang ramah lingkungan dan menguntungkan
2. Kompetensi dasar
Mahasiswa mampu:
1. Menetapkan daya dukung lahan sesuai dengan data kondisi lingkungan
2. Menerapkan metode teknologi budidaya yang tepat
3. Mengujikan tahapan untuk tiap-tiap jenis teknologi budidaya
4. Membantu memecahkan permasalahan para pembudidaya berdasarkan hasil praktikum
B. Pokok Bahasan : Pengelolaan
C. Sub Pokok Bahasan : Teknologi Budidaya
D. Kegiatan Praktikum
Tahap Kegiatan dosen dalam praktikum Kegiatan mahasiswa praktikan Media, bahan dan alat praktikum
Pendahuluan 1. Menjelaskan aturan main dalam mengikuti praktikum mata kuliah manajemen akuakultur payau
2. Menjelaskan TIU dan TIK
3. Menjelaskan kinerja praktikum
4. Pengantar teori praktikum
5. Melakukan pre test (10 menit) 1. Memperhatikan, mendengarkan dan mencatat
2. Memberikan sumbang dan saran
3. Menjawab soal pre test Computer, LCD, papan tulis, supidol, wearlese
Pelaksanaan praktikum 1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan calon lokasi praktikum
2. Membagi kelompok praktikum sesuai dengan kegiatan praktikum
3. Membantu dan mengarahkan praktikan di lapangan
4. Mengontrol/ mengawasi jalannya praktikum Melakukan praktikum manajemen akuakultur payau sesuai modul “pengelolaan budidaya udang di tambak” dengan tahapan:
1. Persiapan bahan dan alat
2. Pengamatan di lapangan dan analisa laboratorium meliputi parameter lingkungan
3. Pengamatan pertumbuhan individu dan kelulushidupan
4. Wawancara kepada pembudidaya 1. Bahan
a. Unit tambak
b. Udang, yang dipelihara petak tambak ekstensif, semi intensif dan intensif
c. Bahan-bahan untuk analisa parameter lingkungan
2. Alat
a. Peralatan yang diperlukan untuk kualitas air dan parameter lingkungan
b. Current meter
c. pH meter
d. Refraktometer
e. Tingkat penduga untuk mengukur kedalaman air
f. Timbangan analitik
g. Jala
h. Ember
i. Tabung/gelas ukur
Penutup 1. Mengulas hasil sementara praktikum
2. Melakukan post test (10 menit) 1. Memperhatikan dan mengikuti rangkuman praktikum oleh dosen
2. Mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dapat digunakan untuk menyempurnakan laporan praktikum
3. Menjawab soal post test Computer, LCD, papan tulis, supidol, wearlese

E. Evaluasi (post test)
Pertanyaan:
1. Jelaskan cara melakukan dimasukkan dalam tambak
2. bagaimana cara

F. Referensi
Effendie, 1997. Biologi .Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal
Pillay, T. V. R, and kutty, M. N, 2005. Aquaculture: prinples and practices. 2nd ed. Willey-blackweel. Publ. 640p
Poernomo, A, 1999. Peranan tata ruang, desain interior kawasan pesisir dan pengelolaan terhadap kelestarian budidaya tambak (II). Pusat penelitian dan pengembangan perikanan. Badan penelitian dan pengembangan perikanan, Jakarta 90 hal
Webster, C. D, and jana, B. B, 2003. Sustainable aquaculture. Global perspectives. CRC. Publ. 365p

No comments:

Popular Posts